Ketua YLPK Intan Kalimantan Kritik Semrawut Baliho di Bundaran Kayutangi Banjarmasin

Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Intan Kalimantan, Dr H Fauzan Ramon. Foto-dok

suaramilenial.id, BANJARMASIN - Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (YLPK) Intan Kalimantan, Dr H Fauzan Ramon mengkritik semrawut baliho di Bundaran Kayutangi Banjarmasin.  

Apalagi ia telah lama menerima keluhan dari salah satu pelaku usaha di kawasan tersebut yakni Kafe Relung Kopi.

Padahal pemilik kafe sempat bersurat kepada wali kota Banjarmasin sejak 8 bulan lalu. Namun tak digubris.

"Akhirnya pelaku usaha itu lapor kepada saya,” ucap Fauzan Ramon kepada awak media, Jumat (11/8) kemarin. 

“Sangat disayangkan Ibnu Sina tidak merespons pemilik cafe itu, mestinya jabatan wali kota sudah hampir habis harus berbuat baik dengan warga, jangan tidak merespons. Sehingga ending-nya tidak baik,” sambung pengacara kondang ini.

Baliho di Bundaran Kayutangi Banjarmasin. Foto-dok

“Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Banjarmasin ini sudah masuk sekitar Rp2 miliar, tapi masyarakatnya dirugikan, percuma saja. Mestinya kepentingan rakyat terlebih dulu diutamakan, karena yang memilih wali kota dan wakil wali kota itu mereka,” tambahnya lagi. 

“Mengejar PAD tidak ada masalah, tapi rakyat jangan disengsarakan, dan kota jangan semrawut akibat baliho seenaknya dipasang, dan jangan sampai Banjarmasin ini menjadi kota semrawut di Indonesia,” lanjutnya. 

Fauzan berharap wali kota Banjarmasin akan datang bisa menertibkan baliho yang semrawut itu, sehingga estetika dan keindahan kota bisa terlihat jelas.

Salah seorang warga, Riza menambahkan, untuk meninjau ulang keberadaan baliho dan papan reklame di Banjarmasin.

 “Sudah saatnya kerangka baliho itu ditinjau ulang, sebab usianya sudah lama dan terlihat keropos, agar tidak membahayakan pengguna jalan,” ujarnya.

“Begitu pula dengan alat kampanye pemilu, di Banjarmasin sudah banyak terlihat spanduk berisikan orang-orang yang mengkampanyekan diri, seakan bersiap maju bertarung di pilkada. Fenomena ini bahkan sebenarnya sudah terjadi sejak setahun lalu,” tutupnya.

Lebih baru Lebih lama