Emas batangan. Foto-CNBC Indonesia |
SUARAMILENIAL.ID, JAKARTA - Harga emas dunia di pasar spot mencatatkan rekor harga tertinggi jelang rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) The Feederal Reserve atau The Fed.
Berdasarkan data Refintiv pada perdagangan Senin (16/9), harga emas dunia di pasar spot tercatat US$2.582.58 per troy ons, menguat 0,24% dibandingkan harga sebelumnya.
Posisi ini merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah.
Sementara pada awal perdagangan hari ini, emas dunia tercatat stagnan di US$2.582,68 per troy ons.
Pada Kamis (19/9) dini hari waktu Indonesia, bank sentral AS (The Fed) akan merilis hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) termasuk suku bunga acuan The Fed dan Summary Economic Projections(SEP) yang berisi dot plot matrix.
Sebagai catatan, survei CME FedWatch Tool hingga saat ini pelaku pasar berekspektasi bahwa The Fed akan 100% memangkas suku bunga acuannya antara 25 basis poin (bps) atau 50 bps.
Hal ini sangat diharapkan pelaku pasar mengingat data inflasi produsen dan konsumen yang terus melandai, inflasi PCE yang sudah cukup rendah, hingga data ketenagakerjaan AS khususnya laju pengangguran yang tampak cukup tinggi.
Untuk diketahui, saat ini suku bunga The Fed berada di level 5,25-5,50%.
Jika The Fed benar-benar memangkas suku bunganya, hal ini cenderung disambut positif oleh pelaku pasar khususnya dalam jangka panjang.
"Pemotongan suku bunga lima puluh basis poin (dari Fed) sudah diperhitungkan di pasar saat ini. Itulah sebabnya harga emas berjangka tinggi dan saya pikir harga emas berjangka akan turun jika kita hanya melihat pemotongan 25 basis poin," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures, dikutip CNBC.
Titik fokus minggu ini adalah keputusan suku bunga Fed yang akan diumumkan pada hari Rabu.
Ekspektasi para pedagang adalah 61% kemungkinan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin, menurut alat CME FedWatch.
Peraih Nobel di Bidang Ekonomi, yang juga merupakan Ekonom senior di Amerika Serikat, Paul Romer, menyatakan bahwa The Fed telah memangkas Fed Fund Rate (FFR).
Paul Romer mengatakan, sebetulnya tanda-tanda pelemahan ekonomi AS, yang seharusnya sudah lama direspons The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya pada akhir Juli lalu, saat inflasi AS sudah mulai menunjukkan pelandaian.
Sebagaimana diketahui berdasarkan catatan Departemen Tenaga Kerja AS, Indeks harga konsumen melambat menjadi 2,5% pada Agustus dibandingkan angka setahun silam, turun dari 2,9% pada Juli dan merupakan angka tahunan terendah sejak Februari 2021.
Oleh sebab itu, Paul menganggap, seharusnya The Fed sudah mulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan FOMC terakhir yang lalu.
Apalagi, ia menekankan, bukti ekonomi AS sudah mulai melemah sebetulnya sudah sangat jelas dilihat The Fed.
Ia menekankan, The Fed seharusnya sudah bisa memprediksi dari awal bahwa tekanan harga-harga konsumennya akan mulai masuk ke target sasarannya, yakni inflasi dikisaran 2%.
Namun, Paul kembali menekankan pejabat The Fed terbukti salah baca data.
“Namun seperti yang kita katakan, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Jadi, lebih baik mereka memangkas suku bunga sekarang, meskipun terlambat,” kata Paul.
Reporter : Newswire
Editot : Muhammad Robby