Menko Perekonomian RI Beber Rencana Hadapi Kepemimpinan Trump

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Foto-CNBC

SUARAMILENIAL.ID, JAKARTA - Pemerintah Indonesia telah bersiap menyambut masa kepemimpinan Donald Trump yang akan resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat, Senin (20/1).


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto percaya, ancaman pengenaan tarif perdagangan yang tinggi oleh Pemerintah AS di bawah kepemimpinan periode kedua Presiden Donald Trump, tak akan memberi dampak buruk signifikan terhadap kinerja ekspor Indonesia.


Airlangga mengatakan ini disebabkan Indonesia sudah lama terkena kebijakan pengenaan tarif perdagangan oleh AS, di antaranya untuk ekspor komoditas sepatu, hingga pakaian.


“AS kan sudah kenakan tarif ke kita, jadi AS itu kenakan tarif untuk sepatu, baju dan berbagai komoditas kita, sedangkan yang tidak dikenakan tarif adalah Vietnam,” ucap Airlangga dilansir CNBC Indonesia, Senin (13/1).


“Jadi kita sudah agak imun dengan tarif yang dikenakan AS ke Indonesia,” sambungnya.


Kendati demikian, Airlangga menegaskan Indonesia akan terus mendorong upaya penciptaan kerja sama ekonomi secara bilateral dengan AS untuk mendapatkan penurunan tarif, saat Trump memberikan ancaman pengenaan tarif kepada sejumlah negara.


Kerja sama bilateral bisa dalam bentuk free trade agreement (FTA) atau format lainnya. 


“Ya kita sedang minta akan ada kerja sama ekonomi secara bilateral supaya tarifnya kita turunkan,” kata Airlangga.


Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso juga telah optimistis kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden Amerika Serikat (AS) yang digelar Selasa (5/11/2024) waktu setempat, tak berdampak kepada neraca perdagangan Indonesia.


Adapun optimismenya itu berkaca dari neraca perdagangan RI yang justru meningkat terus selama era kepemimpinan Donald Trump pada tahun 2017-2021 lalu. 


Di mana berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan RI ke AS pada tahun 2018 senilai US$ 8,2 miliar, tahun 2019 senilai US$ 8,5 miliar, tahun 2020 senilai US$ 10 miliar, dan terus naik sampai tahun 2021 mencapai US$ 14,5 miliar.


"Ya selama ini pengalaman yang ada kan neraca dagang tetap naik jadi nggak ada perubahan. Enggak ada hambatan. Saya optimistis enggak ada masalah apa-apa," kata Budi, Jumat (8/11).


Selain itu, Budi juga menyoroti ekspor RI yang terus meningkat pada era Trump sebelumnya. Karena itu, dia tetap berharap ke depannya ekspor produk RI ke AS tidak mengalami hambatan.


Meskipun kini santer kabar, Trump telah mengusulkan penambahan tarif sebesar 10% hingga 20% pada semua impor, dengan pungutan yang jauh lebih tinggi pada impor dari China.


"Memang kan isunya akan ada biaya masuk tambahan ya. Tapi saya pikir, kalau dulu kan kita juga ekspor meningkat terus waktu Donald Trump. Jadi mudah-mudahan tidak ada masalah ya. Mudah-mudahan justru kita mempunyai daya saing untuk itu," ujarnya.


Perlu diketahui, berkaca dari periode sebelumnya saat Trump memimpin (Januari 2017-Januari 2021), ekspor Indonesia ke AS melonjak 15,3% di era Trump dari US$ 16,14 miliar pada 2016 menjadi US$ 18,62 miliar pada akhir 2020. 


Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan empat tahun terakhir era Barack Obama yang hanya naik 8,52%


Sumber : CNBC Indonesia

Lebih baru Lebih lama