Dermaga Murung Masjid menjadi salah satu tujuan kapal bersandar. Foto-Dok SUARAMILENIAL |
SUARAMILENIAL.ID, MARTAPURA - Tak hanya jalur darat, ribuan jemaah Haul Abah Guru Sekumpul juga memilih menggunakan moda transportasi air.
Dermaga Murung Masjid menjadi salah satu tujuan kapal bersandar.
Alhasil, dermaga yang terletak di Desa Murung Kenanga RT 05, Kecamatan Martapura itu padat merayap.
Sedikitnya, ada 50 lebih kapal bersandar di dermaga yang memiliki empat posko zona air tersebut.
Koordinator Lapangan Dermaga Zona 4, Naufal mengaku sudah menerima ribuan jemaah.
Mereka datang dari dalam maupun luar Kalimantan Selatan.
Sebagian ada yang menginap di kampung sekitar, dan ada pula yang memilih di luar.
“Kebanyakan jemaah yang melewati jalur air ini rata-rata dari Kalteng. Sistemnya jemaah yang datang ke dermaga diturunkan. Biasanya jemaah yang sudah memesan penginapan akan diantarkan ke penginapan,” ucapnya, Minggu (5/1) siang.
Para jemaah yang datang melalui jalur air, kata dia, mendapatkan fasilitas penginapan hingga konsumsi gratis.
“Namun jika ada jemaah yang belum mendapat penginapan, maka relawan kita akan mengantar jemaah untuk diinapkan di kampung atau ke rumah warga dan musala,” katanya.
Tak hanya menyambut jemaah di dermaga, Naufal dan relawan lainnya juga telah menyiapkan posko hingga dapur umum untuk menyambut jemaah yang datang lewat jalur air.
“Posko dan dapur umum sudah kita persiapkan sebulan sebelum pelaksanaan. Di antaranya seperti fasilitas penginapan, konsumsi hingga perbaikan lanting sebagai tempat menurunkan para jemaah. Posko ini akan berdiri sampai kepulangan jemaah,” bebernya.
Sementara itu, salah satu jemaah Haul Guru Sekumpul asal Kalteng, Nor Hasannah mengatakan dirinya setiap tahun datang melalui jalur air.
“Kami telah menempuh perjalanan kurang lebih 8 jam di atas air untuk bisa bersandar di Dermaga Murung Masjid ini. Berangkat dari jam 5 subuh kemarin, perjalanan total 8 jam,” ungkapnya.
Ia sekeluarga memilih menaiki kapal karena tidak mengalami kemacetan.
Selain itu, juga sudah menjadi kebiasaan bagi keluarga mereka.
“Kami lebih memilih naik kapal karena lebih aman, kalau lewat darat macet, di kapal tidak ada macet-macetnya. Saya menginap di penginapan kampung yang telah disediakan warga, pulang juga tetap melewati jalur air,” pungkasnya.
Reporter : Nurul Mufidah
Editor : Muhammad Robby