![]() |
SUARAMILENIAL.ID, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyambut positif rencana peluncuran insentif ekonomi oleh pemerintah yang dijadwalkan mulai bergulir Juni 2025. Insentif ini diyakini bakal jadi angin segar buat daya beli masyarakat sekaligus menggerakkan roda ekonomi nasional.
Hal ini disampaikan oleh Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, Muhammad Ismail Riyadi, dalam siaran pers usai Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) yang digelar Senin (2/6/2025).
“OJK terus bersinergi dengan kementerian, lembaga, dan pelaku industri jasa keuangan untuk memperkuat peran intermediasi, memperdalam pasar keuangan, dan mendorong sektor potensial seperti UMKM,” ujar Ismail.
Langkah-langkah tersebut diarahkan agar akses pembiayaan makin inklusif, dan potensi ekonomi nasional bisa dimaksimalkan.
Dalam RDKB pada 28 Mei lalu, OJK juga menegaskan bahwa sektor jasa keuangan Tanah Air tetap stabil meski dunia sedang dilanda gejolak global. Beberapa perkembangan luar negeri, seperti kesepakatan dagang permanen antara AS dan Inggris serta kesepakatan sementara AS-Tiongkok, ikut membantu menenangkan ketegangan perdagangan internasional.
Walau konflik geopolitik masih terjadi di sejumlah wilayah, dampaknya terhadap pasar keuangan global masih bisa dikendalikan. Bahkan, tren pelemahan ekonomi global di kuartal pertama 2025 serta turunnya inflasi mendorong negara-negara mengambil kebijakan moneter dan fiskal yang lebih longgar.
The Fed sendiri disebut mulai mengisyaratkan strategi “high for longer” alias mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Penurunan suku bunga acuan (FFR) pun kini diprediksi baru akan terjadi dua kali sepanjang 2025, mulai September nanti.
Di sisi lain, rencana penerbitan undang-undang besar-besaran di AS (One Big Beautiful Bill) yang berpotensi menambah defisit fiskal juga bikin pasar global waspada. Moody’s bahkan menurunkan peringkat utang AS.
Kabar baiknya, ekonomi Indonesia tetap tangguh. Di kuartal I-2025, pertumbuhan ekonomi tercatat 4,87%, didorong konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89% secara tahunan. Inflasi juga tetap terkendali di angka 1,95%.
“Neraca perdagangan masih surplus, defisit transaksi berjalan menyempit jadi hanya 0,05% dari PDB, dan cadangan devisa tetap kuat,” tutup Ismail optimistis. (*)