Amalan di Bulan Safar, Antara Tradisi dan Tuntunan Islam

Amalan di Bulan Safar, antara tradisi dan tuntunan inslam

 SUARAMILENIAL.ID, BANJARMASIN — Bulan Safar menjadi salah satu bulan dalam kalender Hijriah yang kerap diwarnai berbagai persepsi, mulai dari anggapan sial hingga keyakinan terhadap musibah yang konon lebih sering terjadi. 

Namun dalam Islam, bulan ini sejatinya tidak memiliki kesialan atau keistimewaan khusus, sebagaimana ditegaskan dalam banyak hadis Nabi Muhammad SAW.

Meski demikian, umat Islam tetap dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh di bulan Safar sebagaimana di bulan-bulan lainnya. 

Ulama menekankan pentingnya meluruskan niat dan menjauhi praktik-praktik yang tidak bersumber dari ajaran yang sahih.

Beberapa amalan yang dianjurkan pada bulan Safar antara lain:

1. Memperbanyak Istighfar dan Doa

Memohon ampunan dan perlindungan dari Allah SWT menjadi amalan utama, terlebih di tengah masyarakat yang masih mempercayai mitos dan takhayul di bulan Safar. 

Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak ada bulan sial dalam Islam, dan hanya kepada Allah umat Islam sebaiknya bersandar.

2. Sedekah sebagai Penolak Bala

Dalam banyak riwayat, sedekah disebut sebagai penolak musibah. 

Meskipun tidak ada anjuran khusus bersedekah di bulan Safar, memperbanyak sedekah adalah kebiasaan baik yang dapat dilakukan kapan saja, termasuk di bulan ini.

3. Shalat Sunnah dan Membaca Al-Qur’an

Meningkatkan ibadah seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, dan zikir merupakan bentuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhkan diri dari prasangka buruk terhadap waktu.

4. Menghindari Keyakinan tentang Hari Naas

Salah satu tradisi yang masih hidup di sejumlah daerah adalah larangan menikah atau bepergian pada Rabu terakhir bulan Safar. 

Keyakinan ini bertentangan dengan prinsip tauhid karena menganggap waktu tertentu bisa mendatangkan sial. 

Islam mengajarkan bahwa keberuntungan dan kesialan datang semata-mata dari kehendak Allah SWT, bukan dari hari atau bulan tertentu.

Meluruskan Pemahaman

Banyak ulama, termasuk Imam Ibn Qayyim al-Jawziyyah dan Imam an-Nawawi, menegaskan bahwa tidak ada nash yang menunjukkan bulan Safar sebagai bulan sial. 

Pemahaman ini penting agar umat Islam tidak terjebak dalam praktik syirik kecil (syirik khafi), yakni menyandarkan takdir kepada waktu, bukan kepada kehendak Allah.

Bulan Safar, sebagaimana bulan-bulan lainnya, adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan amal saleh. 

Alih-alih takut dan menghindari aktivitas, umat Islam diajak untuk tetap produktif, tawakal, dan memperkuat keimanan.

Editor : Muhammad Robby

Lebih baru Lebih lama