![]() |
| Musim ini terasa aneh buat Liverpool. Bukan cuma hasil pertandingan yang naik-turun, performa Mohamed Salah juga ikut merosot.Foyo-Dok/CNN Indonesia |
SUARAMILENIAL.ID, JAKARTA – Musim ini terasa aneh buat Liverpool. Bukan cuma hasil pertandingan yang naik-turun, performa Mohamed Salah juga ikut merosot. Banyak yang menilai kemunduran itu erat banget kaitannya dengan kepergian Trent Alexander-Arnold dari sisi kanan The Reds.
Dalam laga Liga Champions melawan PSV Eindhoven, Kamis (27/11) dini hari WIB, Salah kembali mandul. Tak ada gol darinya dan Liverpool dibantai 1-4. Hasil ini membuat Liverpool nyangkut di posisi 13 klasemen Liga Champions—masih di zona lolos, tapi jarak dengan peringkat 25 cuma tiga poin. Sangat rawan.
Bukan cuma di Eropa, performa domestik pun ikut ambruk. Dari 12 laga terakhir, Liverpool hanya menang tiga kali. Di Premier League, mereka bahkan sudah jatuh dari 10 besar.
Di tengah krisis performa itu, Salah jadi sorotan utama. Sang winger Mesir baru mencetak 5 gol dari 17 laga di semua kompetisi. Sejak membobol gawang Aston Villa pada 1 November, ia melewati empat laga tanpa gol—melawan Manchester City, Nottingham Forest, Real Madrid, dan PSV.
Banyak yang melihat penurunan ini sebagai efek domino dari kepergian Alexander-Arnold. Selama bertahun-tahun, Trent adalah partner ideal Salah dalam merusak pertahanan lawan lewat kombinasi overlap, umpan terukur, dan pergerakan eksplosif di sisi kanan. Ketika Trent pergi, ruang-ruang yang biasa dimanfaatkan Salah ikut hilang.
Liverpool sebenarnya mendatangkan Jeremie Frimpong sebagai pengganti, tapi ia sedang cedera. Alhasil, posisi bek kanan belum punya pemilik tetap dan stabilitas di area tersebut ikut kacau.
Dampaknya jelas terasa: Salah kehilangan suplai, kehilangan ruang, dan kehilangan momentum.
Musim masih panjang, tapi jika Liverpool tak menemukan solusi cepat di sisi kanan, era Salah sebagai mesin gol klub bisa benar-benar masuk masa sulit.
Sumber : CNN Indonesia
