Saham Starbucks dan McDonalds Anjlok di Negara Mayoritas Islam

Gerai Starbucks. Foto-net

SUARAMILENIAL.ID, JAKARTA - Saham Starbucks dan McDonald’s dikabarkan anjlok di negara-negara yang mayoritas Islam. 

Hal itu lantaran keduanya  mengalami penurunan keuntungan akibat konflik di Gaza dan seruan-seruan boikot. 

Perusahaan-perusahaan tersebut terkena boikot karena sikap mereka yang dianggap pro Israel.

Dilansir CNBC, saham McDonald's turun hampir 4 persen pada Senin (5/2), menyusul laporan bahwa perlambatan penjualan di Timur Tengah telah menyebabkan hilangnya pendapatan pada kuartal keempat.

Sementara itu, saham Starbucks turun sekitar dua persen selama sepekan terakhir, dan mengatakan penjualannya di Amerika Serikat juga terganggu dalam tiga bulan terakhir 2023.

CEO McDonald's, Chris Kempczinski mengatakan, penjualan lebih lemah di negara-negara mayoritas Muslim seperti Malaysia, Indonesia, dan di Timur Tengah.

“Dampak perang terhadap bisnis lokal para pewaralaba ini mengecewakan dan tidak berdasar,” kata Kempczinski pada hari Senin, berbicara kepada para analis melalui konferensi telepon perusahaan tersebut. 

Kempczinski memperkirakan, bahwa penjualan belum akan pulih sampai akhir tahun.

Dilansir dari Middle East Eye, Rabu (7/2), Kedua perusahaan tersebut dianggap mendukung Israel dalam konflik yang terjadi di Gaza, meskipun Starbucks membantahnya.

Dalam perang Hamas-Israel, McDonald's memicu kemarahan kalangan aktivis pro-Palestina pada Oktober lalu, ketika waralaba McDonald's di Israel mengumumkan memberikan makanan gratis kepada tentara Israel di cabang-cabangnya di negara tersebut.

CNBC melaporkan, bahwa perusahaan tersebut mengalami penurunan penjualan pada kuartal keempat di Timur Tengah setelah adanya aksi bagi-bagi makanan tersebut. 

Wilayah ini menyumbang dua persen dari penjualan global McDonald's dan satu persen dari pendapatan global sebelum bunga dan pajak.

Starbuck dan Serikat Pekerjanya saling menuntut karena unggahan di media sosial yang pro Palestina. Unggahan tersebut dilakukan oleh serikat pekerjanya, Starbucks Workers United pada 9 Oktober, dua hari setelah serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel.

Starbucks Workers United memposting “Solidaritas dengan Palestina!” di X

Perusahaan tersebut mengancam akan melakukan tindakan hukum atas tweet tersebut yang segera dihapus setelah diunggah. Langkah tersebut diambil sebagai penegasan bahwa Starbucks tidak mendukung pihak mana pun dalam konflik tersebut. 

Reaksi keras perusahaan atas postingan tersebut telah menyebabkan banyak pelanggan menganggapnya sebagai sikap pro-Israel.

CEO Starbucks Laxman Narasimhan mengatakan, pada hari Selasa bahwa penjualan perusahaannya di Amerika Serikat dan Timur Tengah terkena dampak boikot. Sedangkan McDonald's mengatakan penjualan mereka di Amerika Serikat sebagian besar tidak terpengaruh.

Dikutip dari laman BDS Movement, mengajak seluruh aktivis, organisasi dan institusi di seluruh dunia yang telah mengatakan solidaritasnya untuk menghentikan genosida Israel di tanah Palestina, dengan meningkatkan kampanye boikot dan divestasi.

Menurut BDS, penyebaran boikot terhadap perusahaan Israel dan multinasional yang terlibat dapat menjadi efektif jika dilakukan secara strategis.

Menurut BDS Movement, aksi boikot ini sangat berdampak langsung pada perekonomian Israel. Misalnya saja yang pernah terjadi pada 2014 lalu, akibat gerakan boikot, investasi asing langsung ke Israel turun 46 persen dibandingkan 2013. 

Begitu pula dengan aksi boikot kali ini, BDS Movement berharap, aksi kali ini pun dapat mengakhiri semua keterlibatan negara, perusahaan, dan kelembagaan dengan rezim genosida Israel lebih mendesak dari sebelumnya. (*)

Lebih baru Lebih lama