![]() |
Aksi long march dari Konfederasi KASBI dan Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) saat demo May Day di Kawasan depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (1/5/2025). Foto- CNBC Indonesia/Muhammad Sabki |
SUARAMILENIAL.ID, JAKARTA – Minggu, 1 Juni 2025 nanti, kawasan depan Istana Merdeka diprediksi bakal penuh sesak.
Soalnya, 10.000 buruh direncanakan bakal turun ke jalan dalam aksi nasional menolak gelombang PHK dan maraknya praktik impor ilegal.
Aksi ini bakal diikuti oleh massa dari berbagai daerah, mulai dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, sampai Jabodetabek.
Ada 103 bus yang udah terdata akan mengangkut massa ke Jakarta, ditambah ribuan pengendara motor yang siap ikut long march dari Gambir ke Istana.
Kenapa Demo?
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi, bilang bahwa jumlah PHK saat ini sudah sangat mengkhawatirkan, bahkan melebihi data resmi.
“Target kita 10.000 buruh hadir. Sampai pagi ini sudah 8.000 orang yang siap berangkat,” ujar Ristadi dalam konferensi pers, Jumat (30/5).
Ini 5 Tuntutan Utama Para Buruh:
1. Tindak tegas impor ilegal dan hukum pelakunya.
2. Revisi Permendag No. 8/2024 buat lindungi industri dalam negeri — sesuai janji Presiden Prabowo waktu sarasehan ekonomi nasional.
3. Cegah PHK massal dan pastikan korban PHK dapet haknya & bisa balik kerja lagi.
4. Dorong kebijakan pro-industri lokal dan pekerja, plus ciptakan lapangan kerja baru.
5. Perkuat pengawasan dan penegakan hukum di sektor ketenagakerjaan.
Data PHK: Versi Siapa yang Benar?
Kemenaker mencatat ada 26.455 kasus PHK hingga Mei 2025. Tapi menurut KSPN angkanya lebih tinggi: 61.351 kasus, dan versi APINDO bahkan lebih tinggi lagi: 73.992 kasus (Januari–Maret 2025).
Ristadi menyebut banyak perusahaan memilih tidak melaporkan PHK demi menjaga kepercayaan bank, buyer, dan reputasi bisnis.
“Kami yakin jumlah PHK di lapangan jauh lebih besar dari yang diumumkan,” tegasnya.
Editor : Muhammad Robby