![]() |
Kopi dan senja. Foto-Ilustrasi |
SUARAMILENIAL.ID, JAKARTA — Di banyak sudut kota, dari teras kafe hingga atap gedung bertema industrial, generasi milenial dan Gen Z tampak larut dalam ritual baru yang kian populer: menikmati senja sambil menyeruput kopi.
Fenomena ini bukan sekadar kebiasaan ngopi sore, melainkan telah menjelma menjadi gaya hidup yang sarat nuansa estetik dan romantik.
Senja dan kopi kini hadir sebagai pasangan simbolik dalam narasi keseharian anak muda urban.
Di media sosial, foto langit jingga yang dilengkapi cangkir kopi dan kutipan puitis menghiasi lini masa.
Kalimat seperti “senja tak pernah salah, hanya rindu yang terlalu dalam” atau “kopi hitam dan kamu, pahit tapi bikin candu” bukan lagi sekadar ucapan iseng, melainkan ekspresi gaya hidup yang menyatukan perasaan, visual, dan pencitraan diri.
Kebiasaan ini tumbuh seiring menjamurnya kafe-kafe dengan desain instagramable yang menyediakan ruang untuk bersantai, bekerja, atau sekadar menikmati langit sore.
Tak hanya di kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Yogyakarta, tren senja dan kopi juga merambah ke kota-kota kecil dengan semangat yang sama: mencari momen sederhana yang bisa dibingkai dan dibagikan.
Bagi sebagian anak muda, senja dan kopi adalah bentuk pelarian dari hiruk pikuk dunia yang serba cepat.
Di tengah tekanan pekerjaan, studi, dan algoritma digital yang tak pernah tidur, menikmati senja menjadi semacam jeda eksistensial.
Kopi menjadi teman dalam kesunyian, sementara senja menjadi penanda waktu yang tidak bisa dihentikan—namun selalu bisa dinikmati.
Lebih dari sekadar tren, budaya ini menunjukkan bagaimana generasi muda mengemas keseharian menjadi pengalaman yang puitis dan personal.
Di era digital, bahkan kesendirian pun bisa menjadi konten, dan secangkir kopi bisa menjadi medium perenungan.
Meski tak sedikit yang mencibirnya sebagai bentuk romantisasi berlebihan, senja dan kopi tetap bertahan sebagai ritual kekinian yang sulit digeser.
Ia bukan hanya tentang langit sore dan aroma kafein, tetapi tentang pencarian makna dalam rutinitas yang kerap terasa hambar.
Dan di balik unggahan-unggahan itu, ada generasi yang sedang tumbuh—berusaha memahami dunia, satu cangkir kopi dan satu sore keemasan dalam satu waktu.
Editor : Muhammad Robby