![]() |
Di tengah tren gaya hidup sehat dan aktivitas luar ruang yang kian digemari, olahraga lari mengalami transformasi signifikan. Foto-net |
SUARAMILENIAL.ID, JAKARTA – Di tengah tren gaya hidup sehat dan aktivitas luar ruang yang kian digemari, olahraga lari mengalami transformasi signifikan.
Tidak lagi sekadar aktivitas fisik, lari kini menjelma menjadi gaya hidup digital yang terhubung dengan komunitas global melalui aplikasi seperti Strava.
Strava, aplikasi berbasis GPS yang awalnya populer di kalangan pesepeda, kini menjadi pusat dokumentasi aktivitas lari.
Di platform ini, pelari dari berbagai penjuru dunia membagikan rute, kecepatan, hingga pencapaian personal mereka.
Fitur sosialnya memungkinkan pengguna memberi “kudos” atau komentar, membuat pengalaman lari terasa lebih personal dan menyenangkan.
“Strava membuat lari terasa seperti permainan. Ada target mingguan, pencapaian segmen, dan leaderboard yang memacu semangat,” ujar ikhsan.
Tak hanya individu, komunitas lari juga memanfaatkan Strava untuk menyelenggarakan virtual run dan tantangan jarak tempuh.
Beberapa komunitas bahkan rutin menggelar Strava Art, yaitu berlari mengikuti rute tertentu hingga membentuk gambar atau pola menarik di peta digital.
Menurut data Strava, Indonesia termasuk salah satu negara dengan pertumbuhan pengguna lari tercepat di Asia Tenggara.
Lonjakan ini tak lepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup aktif, serta kemudahan berbagi aktivitas melalui media sosial.
“Strava bukan cuma alat pelacak, tapi juga ruang pertemuan. Di situ kami bisa saling menyemangati meskipun beda kota,” katanya.
Dengan perangkat pintar dan aplikasi seperti Strava, olahraga lari kini tidak lagi berjalan sendiri.
Setiap langkah terekam, setiap rute menjadi cerita.
Dalam dunia digital yang serba terhubung, pelari masa kini berlari bukan hanya untuk sehat, tapi juga untuk terhubung dan dikenang.
Editor : Rizky Permatasari