SUARAMILENIAL.ID, BANDUNG — Gempa dahsyat berkekuatan Magnitudo 8,7 yang mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, pada Rabu, 30 Juli 2025, menjadi peringatan serius bagi negara-negara yang berada di Cincin Api Pasifik. Indonesia termasuk salah satu yang paling berisiko terdampak.
Pakar gempa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, mengatakan gempa tersebut terjadi di zona seismic gap, yakni wilayah yang memiliki sejarah gempa besar namun dalam waktu lama tidak mengalami aktivitas seismik signifikan.
"Artinya, ini adalah bom waktu yang akhirnya meledak," kata Irwan kepada Tempo di Bandung, Kamis, 31 Juli 2025.
Cerminan Risiko di Indonesia
Irwan menjelaskan, wilayah Kamchatka secara tektonik memiliki kemiripan dengan barat Sumatera dan selatan Jawa, dua kawasan di Indonesia yang belum mengalami gempa besar dalam lima dekade terakhir.
“Dengan kondisi geologi yang serupa, Indonesia memiliki potensi risiko serupa yang perlu diwaspadai,” ujarnya.
Yang paling mengkhawatirkan, kata Irwan, adalah potensi tsunami akibat gempa besar. Ia menyebutkan bahwa gelombang tsunami setinggi 60 sentimeter telah terpantau di pantai utara Jepang beberapa jam setelah gempa.
"Ini menunjukkan bahwa energi gelombang menjalar jauh dan bisa mencapai wilayah timur Indonesia dalam 8 sampai 10 jam setelah kejadian," ucapnya.
Sistem Mitigasi Perlu Diperkuat
Irwan menilai sistem mitigasi dan peringatan dini menjadi kunci dalam meminimalkan dampak gempa dan tsunami. Ia menyoroti kesiapan Jepang sebagai contoh keberhasilan mitigasi yang berbasis teknologi canggih.
“Jepang tidak hanya mengandalkan model perhitungan, tapi juga sistem observasi langsung berbasis tekanan dan pasang surut. Ini yang memungkinkan mereka memberikan peringatan akurat dan cepat,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa Indonesia harus belajar dari pengalaman tersebut. Menurut Irwan, sistem peringatan dini nasional harus diperkuat dan tidak hanya reaktif setelah bencana terjadi.
“Wilayah Indonesia berada di jalur megathrust yang aktif. Kesiapsiagaan berbasis sains dan teknologi adalah kebutuhan mendesak, bukan pilihan,” kata Irwan.
Jangan Tunggu Bencana
Irwan menutup dengan mengingatkan bahwa kesiapan menghadapi gempa dan tsunami tidak boleh ditunda. Kejadian di Kamchatka, menurutnya, harus menjadi cermin bagi Indonesia untuk membangun sistem mitigasi yang andal.
"Jangan menunggu bencana besar untuk bergerak. Kita harus belajar dari ketekunan dan investasi jangka panjang Jepang dalam membangun sistem mitigasi," ujar dia.
Editor : Muhammad Robby
