SUARAMILENIAL.ID, JAKARTA – Harga perak melonjak tajam sepanjang pekan perdagangan 22–26 September 2025. Kenaikan ini membuat harga perak menembus level tertinggi dalam 14 tahun terakhir, tepatnya sejak April 2011.
Berdasarkan data Refinitiv, harga perak pada penutupan perdagangan Jumat (26/9/2025) tercatat US$45,99 per ons, naik 1,71% dibandingkan sesi sebelumnya. Secara mingguan, harga perak menguat 6,76% dibandingkan pekan sebelumnya.
Harga Perak Ikut Menguat Seiring Kenaikan Emas
Sebagai logam mulia, perak kerap menjadi alternatif emas bagi investor. Pergerakan harganya cenderung mengikuti emas, meski nilainya lebih murah. Hal ini membuat perak tetap diburu saat harga emas menguat.
Lonjakan harga perak kali ini didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga lanjutan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), pada sisa tahun ini.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Perak
Departemen Perdagangan AS melaporkan indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) pada Agustus naik 2,7% secara tahunan, sesuai perkiraan ekonom. PCE inti, yang tidak memasukkan harga pangan dan energi, naik 2,9%.
Data inflasi ini memberi sinyal bahwa The Fed berpeluang memangkas suku bunga lagi pada Oktober dan Desember. Menurut perangkat Fedwatch, pelaku pasar memperkirakan:
• 88% probabilitas suku bunga The Fed turun pada pertemuan Oktober.
• 65% kemungkinan pemangkasan kembali pada Desember.
Adapun masing-masing bulan diperkirakan turun 25 basis poin, sehingga total penurunan bisa mencapai 50 basis poin pada kuartal IV 2025. Jika terealisasi, suku bunga The Fed akan berada di kisaran 3,50%–3,75% dari level saat ini 4,00%–4,25%.
Dampak Penurunan Suku Bunga pada Harga Perak
Turunnya suku bunga memberi keuntungan ganda bagi harga perak:
1. Sebagai investasi, perak semakin menarik karena imbal hasil bunga lebih rendah.
2. Sebagai komoditas industri, penurunan bunga diharapkan menggenjot ekonomi AS, khususnya sektor manufaktur yang banyak menggunakan perak sebagai bahan baku.
Peluang Harga Perak ke Depan
Selain faktor suku bunga, rasio harga emas dan perak (gold-to-silver ratio) masih berada di level 81, lebih rendah dari rata-rata lima tahun terakhir 83,5. Hal ini menunjukkan harga perak masih relatif murah dibanding emas, sehingga peluang kenaikan harga perak masih terbuka lebar mengikuti tren penguatan emas sepanjang 2025.
Sumber : CNBC Indonesia