![]() |
| Pemerintah Kota Banjarmasin memasang sirene peringatan dini banjir sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. |
SUARAMILENIAL.ID, BANJARMASIN — Pemerintah Kota Banjarmasin memasang sirene peringatan dini banjir sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Langkah ini dilakukan menyusul cuaca ekstrem dan tingginya pasang air laut yang kerap terjadi sepanjang Desember 2025.
Analisis Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Banjarmasin, Hanafi, mengatakan sirene peringatan dini tersebut merupakan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Salah satu unit dipasang di Kelurahan Sungai Lulut, Kecamatan Banjarmasin Timur, wilayah yang kerap terdampak banjir rob dan genangan air.
“Sirene ini sudah kami uji coba bersama BNPB dan hasilnya berfungsi dengan baik. Sistemnya siap digunakan apabila terjadi potensi banjir,” ujar Hanafi di Banjarmasin, Minggu (15/12/2025).
Menurut Hanafi, penggunaan sirene disesuaikan dengan tiga level status kebencanaan, yakni siaga, waspada, dan awas. Namun, berdasarkan kesepakatan bersama warga, sirene hanya akan dibunyikan pada status awas.
“Untuk status siaga dan waspada tidak ada bunyi sirene. Sirene dibunyikan saat kondisi sudah awas, yaitu ketika genangan air membahayakan, mengganggu aktivitas warga, dan ketinggian air mencapai sepinggang orang dewasa. Pada kondisi itu, warga harus segera melakukan evakuasi,” katanya.
Hanafi menjelaskan, sistem sirene dapat diaktifkan langsung oleh BPBD Kota Banjarmasin. Namun, apabila terjadi gangguan jaringan atau listrik padam, pengoperasian manual dapat dilakukan oleh warga yang telah ditunjuk dan dilatih sebelumnya.
Sementara itu, Penelaah Teknis Kebijakan Direktorat Peringatan Dini BNPB, Gerry Faiz Pratama, menyebutkan sirene memiliki jangkauan suara hingga radius dua kilometer.
Meski demikian, ia menekankan bahwa perangkat teknologi hanyalah satu bagian dari sistem peringatan dini.
“Alat ini penting, tetapi kesiapsiagaan masyarakat jauh lebih utama. Karena jangkauan sirene terbatas, peran Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) menjadi krusial untuk menyebarkan informasi secara cepat dan luas,” ujar Gerry.
Lurah Sungai Lulut, Suryani Syahril, mengatakan keberadaan sirene sangat dibutuhkan warganya.
Sejumlah wilayah di kelurahan tersebut kerap terdampak banjir akibat kombinasi pasang air laut, curah hujan tinggi, dan kiriman air dari wilayah hulu.
“Beberapa RT yang paling sering terdampak antara lain RT 8, 9, dan 10, serta wilayah bantaran Sungai Martapura seperti RT 12 dan 13. Kami sangat berterima kasih atas fasilitas ini,” ujar Suryani.
Ia menambahkan, pihak kelurahan bersama Relawan Desa Tangguh Bencana (Destana) dan FPRB telah menyiapkan peta jalur evakuasi, lokasi posko bencana, serta daftar relawan yang siap bertugas saat kondisi darurat.
“Dengan sistem peringatan dini ini, kami berharap warga Sungai Lulut bisa memperoleh informasi lebih cepat dan melakukan evakuasi secara lebih aman ketika banjir terjadi,” katanya.
Editor : Muhammad Robby
