Seberapa Parah Bencana Sumatra Mengguncang Ekonomi Indonesia Tahun Ini?

Foto-Dok/CNN Indonesia

SUARAMILENIAL.ID
, JAKARTA
— Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang menghantam Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak pekan lalu tak hanya meninggalkan duka kemanusiaan, tetapi juga ancaman besar bagi ekonomi Indonesia di akhir 2025.

Sekitar 50 kabupaten/kota terdampak. Ribuan rumah warga rusak berat, sementara 507 orang masih hilang hingga Selasa (2/12) sore. BNPB juga melaporkan jumlah korban meninggal telah mencapai 712 jiwa, dengan Sumut menjadi wilayah paling terdampak.

Di tengah operasi penyelamatan dan bantuan kemanusiaan, para ekonom mulai menghitung skala kerugian. Celios menaksir total kerusakan akibat banjir dan longsor ini mencapai Rp68,67 triliun.

Ekonomi Sumatra Lumpuh, Target Pertumbuhan Pemerintah Terancam

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan INDEF, M. Rizal Taufikurahman, menyebut bencana ini langsung menekan aktivitas ekonomi kuartal IV 2025. Ia menilai proyeksi optimistis pemerintah — pertumbuhan 5,6%–5,7% — kini sulit dipertahankan.

“Produksi terhenti, mobilitas barang macet, pendapatan rumah tangga ambruk. Dampaknya seketika terasa,” ujarnya.

Meski begitu, Rizal menilai dampaknya lebih bersifat shock jangka pendek dan tidak mengubah arah fundamental ekonomi Indonesia. Namun, kecepatan pemerintah Prabowo dalam merespons bencana akan menentukan seberapa dalam koreksi pertumbuhan nanti.

Ia menekankan tiga langkah darurat yang harus dilakukan negara:

membuka akses jalan dan logistik,

menjaga suplai kebutuhan pokok,

memulihkan daya beli lewat program padat karya dan dukungan modal kerja bagi UMKM.

Untuk jangka panjang, Rizal menegaskan pentingnya rekonstruksi berbasis mitigasi: perbaikan tata ruang, penguatan infrastruktur, hingga evaluasi pemanfaatan lahan di hulu agar bencana serupa tidak menjadi siklus tahunan.

Potensi Pertumbuhan Ekonomi Terkikis 0,6%

Ekonom Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, memperkirakan dampak ekonomi dari bencana ini bisa menggerus setidaknya 1% nilai Produk Domestik Bruto ADHB—yang pada akhirnya menghapus 0,6% pertumbuhan ekonomi riil pada kuartal IV 2025.

Ia mengingatkan bahwa angka pertumbuhan ekonomi tidak sepenuhnya mencerminkan kerusakan nyata. Bangunan, produksi, dan aset yang hancur tidak otomatis dikurangkan dari PDB periode berikutnya.

“Pertumbuhan ekonomi bisa terlihat stabil, padahal kerugian nyata jauh lebih besar. Selain itu, hilangnya nyawa manusia tidak bisa dihitung dalam rupiah,” ucapnya.

Andri menegaskan bahwa tanpa bantuan intensif, pemulihan pascabencana akan lambat, terutama di sektor pertanian dan UMKM lokal yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah.

Seruan untuk Pemerintah: Bertindak Cepat, Pulihkan Ekonomi Sumatra

Para ekonom sepakat bahwa Presiden Prabowo perlu segera menggulirkan stimulus langsung ke masyarakat, termasuk:

bantuan tunai untuk menjaga konsumsi,

padat karya untuk memulihkan pendapatan keluarga,

relaksasi kredit UMKM,

subsidi input pertanian agar petani dapat kembali menanam.

Dengan intervensi yang tepat dan cepat, guncangan ekonomi akibat bencana dahsyat ini bisa ditekan dan proses pemulihan menjadi lebih terarah.

Sumber : CNN Indonesia

Lebih baru Lebih lama