Ketupat Kandangan, Cara Makan yang Tak Sekadar Tradisi

Ketupat Kandangan barangkali terdengar sederhana: potongan ketupat yang disajikan bersama ikan gabus dalam kuah santan berbumbu rempah. Foto-Istimewa

SUARAMILENIAL.ID, KANDANGAN — Ketupat Kandangan barangkali terdengar sederhana: potongan ketupat yang disajikan bersama ikan gabus dalam kuah santan berbumbu rempah. 


Namun di Kalimantan Selatan, sajian ini menyimpan kekhasan yang tak hanya terletak pada rasa, melainkan juga cara menyantapnya.


Berbeda dari kebiasaan umum, Ketupat Kandangan lazim disantap tanpa sendok maupun garpu. Ketupat disobek dengan tangan, bukan dipotong. 


Kuah santan kuning pekat yang kaya rempah diseruput langsung bersama ikan, juga menggunakan tangan. 


Tradisi makan seperti ini telah mengakar di masyarakat, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari pengalaman menyantap kuliner khas Banua.


Ketupat Kandangan biasanya disantap saat pagi hari, menjadikannya menu sarapan yang populer, terutama saat Ramadan atau menjelang Lebaran. 


Kuah santan yang gurih dengan aroma serai, lengkuas, dan kemiri menjadi ciri utama hidangan ini. 


Ikan haruan, yang menjadi lauk utama, dimasak hingga dagingnya lembut dan mudah dilepas dari tulang.


Tak hanya soal rasa, cara makan juga menjadi bagian dari kenikmatan. Kuah yang tersisa di piring tak dibiarkan begitu saja. 


Potongan ketupat terakhir biasanya digunakan untuk menyeka kuah hingga habis. Piring pun nyaris bersih, tanpa sisa.


Tradisi makan dengan tangan ini tak sekadar kebiasaan. Bagi masyarakat setempat, hal itu menjadi bentuk penghormatan terhadap makanan dan bagian dari identitas kuliner daerah. 


Ketupat Kandangan pun tak hanya hadir sebagai makanan, melainkan juga sebagai cara menjaga warisan budaya yang terus hidup di tengah masyarakat.


Editor : Muhammad Robby

Lebih baru Lebih lama