![]() |
| Wacana penggunaan 11 pemain asing dalam Indonesia Super League (ISL) musim 2025/2026 memicu respons beragam dari para pelatih lokal dan asing. |
SUARAMILENIAL.ID, BANDUNG – Wacana penggunaan 11 pemain asing dalam Indonesia Super League (ISL) musim 2025/2026 memicu respons beragam dari para pelatih lokal dan asing. Perbedaan sudut pandang mencuat, terutama terkait dampaknya terhadap pengembangan pemain lokal dan arah industrialisasi sepak bola nasional.
Pelatih tim Liga Indonesia All Star di Piala Presiden 2025, Rahmad Darmawan, menilai regulasi ini perlu dilihat dari dua sisi: kebutuhan industri dan pengembangan pemain lokal.
“Ada dua pendekatan yang harus kita lihat di situ. Satu, industrialisasi sepak bola. Yang kedua, kesempatan bermain kepada pemain,” kata Rahmad saat ditemui di Bandung, Sabtu malam, 12 Juli 2025.
Mantan pelatih timnas U-23 Indonesia ini mengaku secara pribadi kurang sepakat dengan kebijakan tersebut. Ia lebih menyukai format musim lalu yang hanya memperbolehkan delapan pemain asing per tim.
“Sebagai pelatih lokal, saya harus jujur mengatakan bahwa regulasi musim lalu itu lebih ideal. Lima posisi bisa diisi oleh pemain lokal untuk mengasah kemampuan mereka,” ujarnya.
Menurut Rahmad, dengan delapan pemain asing yang boleh jadi starter dari total 11 pemain asing yang terdaftar, ruang bermain bagi pemain lokal akan semakin sempit. Ia khawatir hal ini justru mendegradasi perkembangan pemain dalam negeri.
Meski begitu, ia memahami adanya tekanan dari aspek industri sepak bola yang mendorong lahirnya kebijakan ini. Ia berharap ada evaluasi menyeluruh setelah satu musim berjalan.
“Keputusan sudah diambil. Sekarang tinggal bagaimana kita mengomparasi hasilnya dengan musim lalu. Apakah musim depan lebih ideal enam yang bermain, atau tetap delapan,” kata pelatih asal Metro, Lampung, tersebut.
Berbeda dengan Rahmad, pelatih Dewa United, Jan Olde Riekerink, justru menilai kehadiran pemain asing dalam jumlah besar bisa menjadi pemacu perkembangan bagi pemain lokal.
Ia mencontohkan Theo Fillo Numberi sebagai sosok pemain muda Indonesia yang mampu bersaing dengan pemain asing.
“Kalau Anda lihat pemain seperti Theo, dia masih muda tapi bisa mendominasi pertandingan. Ini juga tentang bagaimana kami mengembangkan pemain,” ujar pelatih asal Belanda itu.
Olde menyebut bahwa latihan intensif bersama pemain asing justru bisa meningkatkan kualitas pemain lokal. Ia juga menegaskan bahwa banyak pemain Indonesia yang memiliki kemampuan setara dengan pemain asing.
“Pemain seperti Ricky Kambuaya, Egy Maulana Vikri, Wahyu Prasetyo, dan Edo Febriansah adalah contoh bahwa kualitas pemain lokal tidak bisa dipandang sebelah mata,” katanya.
Menurut eks pelatih Galatasaray tersebut, interaksi yang intens dalam latihan antara pemain asing dan lokal akan menciptakan lingkungan kompetitif yang sehat dan saling menguntungkan.
“Kalau lihat Theo hari ini, Anda bahkan bisa salah mengira dia pemain asing. Itu berarti kualitas pemain lokal ada. Mereka bisa tumbuh bersama pemain asing,” tuturnya.
Editor : Setia Bakti
